Bono dan Ayat-Ayat Cinta

by tjok

 

                 Bono mau mengubah dunia lewat musik! Bono tidak hanya kita kenal sebagai seorang musisi saja. Bono juga kita kenal aktif sebagai seorang aktivis kemanusiaan. Sudah banyak inisiatif proyek kemanusiaan yang dilakukannya untuk mengatasi masalah kemiskinan, kelaparan, perang dan HIV/AIDS.

 

            Dalam melakukan kegiatan kemanusiannya, Bono tidak pernah membedakan suku, etnis, ataupun agama. Sikap toleransi Bono ini tidak terlepas dari budaya toleransi yang dibangun oleh kedua orang tuanya. Ayah Bono sendiri beragama Katolik Roma, sedangkan ibunya beragama Anglikan Irlandia. Sungguh perpaduan yang sangat unik mengingat di Irlandia pernah terjadi perang saudara antara Katolik dan Protestan !

 

Bono banyak menggunakan lagu-lagunya sebagai alat penyampai pesan kemanusiaan. Dalam tiap konser dan kemunculannya di media, Bono juga selalu menyerukan pesan kemanusiaannya. Cara Bono ini sangat efektif!

 

Dengan cara ini, Bono berhasil menginspirasi terciptanya conversation di antara penggemarnya. Para penggemar band U2 di seluruh dunia jadi ikut membicarakan dan menyebarkan pesan kemanusiaan yang disampaikan Bono. Banyak orang yang juga mulai tergerak untuk mendukung kampanye-kampanye Bono.

 

Saya melihat apa yang dilakukan Bono ini begitu luar biasa. Bono dapat memberikan pengaruhnya yang besar kepada orang banyak. Belum tentu ada politikus atau negarawan yang bisa memberikan pengaruh sedemikian besar seperti Bono.

           

Di Indonesia sendiri, saya melihat sosok Hanung Bramantyo, sutradara film Ayat-Ayat Cinta, sebagai contoh orang yang sukses menciptakan conversation di dalam masyarakat. Dalam MarkPlus Workshop bulan Mei kemarin, Hanung menjadi salah satu pembicara tamu. Pada kesempatan itu, Hanung berbagi cerita tentang kesuksesan film AAC.

 

Seperti halnya Bono, Hanung juga berasal dari keluarga dengan perpaduan budaya yang berbeda. Ayahnya adalah seorang Muslim, sedangkan ibunya adalah seorang keturunan Tionghoa. Melalui film AAC, Hanung menginspirasi para penonton filmnya untuk menciptakan conversation tentang isu poligami. Sejak kemunculan film AAC, mendadak masyarakat mulai membicarakan tentang isu ini lagi.

 

Saya pikir belum ada film Indonesia lain yang bisa memperoleh antusiasme yang begitu luas seperti AAC. Bahkan Bapak Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla serta duta besar negara sahabat pun sampai datang ke bioskop untuk menonton film ini. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya !

Saya melihat Bono dan Hanung sebagai contoh pemimpin yang mampu menginspirasi orang banyak. Mereka berdua mampu mendorong terciptanya conversation di antara orang banyak terhadap suatu isu. Bono dengan isu kemanusiaannya dan Hanung dengan isu poligami dalam film AAC.

 

Dalam era new wave saat ini, seorang pemimpin tidak bisa lagi mengandalkan gaya kepemimpinan top-down saja. Teknologi sudah membuat banyak hal yang semula bersifat vertikal menjadi horisontal. Begitu juga dengan gaya kepemimpinan.

 

            Para pemimpin harus mulai belajar untuk menginspirasi orang yang dipimpinnya. Dengan inspirasi ini, diharapkan akan mendorong tercipta conversation di antara orang yang dipimpin. Cara ini memang tidak mudah. Butuh waktu yang lebih lama untuk mendorong terjadinya conversation. Tidak semudah dan secepat bila menggunakan gaya kepemimpinan top-down. Namun, dampak yang dihasilkan dari gaya kepemimpinan horisontal ini sungguh besar ! Orang yang kita pimpin akan menjadi lebih loyal terhadap pemimpinnya. Mereka juga akan lebih berkomitmen untuk mengerjakan suatu hal tanpa ada rasa terpaksa.

 

            Tuhan Yesus sendiri adalah contoh paling baik untuk seorang pemimpin yang dapat memberikan inspirasi. Melalui pengajaran-pengajaranNya, Tuhan Yesus berhasil mendorong terciptanya conversation di antara pengikutnya. Pesatnya perkembangan Injil adalah bukti keberhasilan kepemimpinan Tuhan Yesus. Injil yang bermula dari Yerusalem sekarang telah tersebar sampai ke seluruh dunia (Kisah Para Rasul 1:8). Bagaimana dengan anda? Sudahkah anda menjadi pemimpin yang dapat mendorong terciptanya conversation di komunitas yang anda pimpin?